Wednesday, December 28, 2011

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.
1.    Sejarah
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia. Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
a.    Revisi 1987
Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.
b.    Revisi 2009
Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
Pasal 1

  1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  2. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


2.    Perbedaan dengan ejaan sebelumnya
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
  • 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
  • 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
  • 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
  • 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
  • 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
  • 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
  • awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Sebelumnya "oe" sudah menjadi "u" saat Ejaan Van Ophuijsen diganti dengan Ejaan Republik. Jadi sebelum EYD, "oe" sudah tidak digunakan.
Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai EYD

I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf
Nama
Kapital
Kecil
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
a
e*

i
o
u
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
Keterangan:
*
Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (') dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya:

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.

Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri.

Di mana kécap itu dibuat?

Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
b
c
d
f
g
h
j
k

l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zeni
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
tanah
apa
status quo
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
adab
-
Abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
akal
diam
daun
siap
Taufiq
putar
tangkas
rapat
-
-
sinar-x
-
juz
Keterangan:
*
Huruf k melambangkan bunyi hamzah.
**
Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
ai
au
oi
ain
aula
-
malaikat
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi
E. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
kh
ng
ny
sy
khusus
ngilu
nyata
syarat
akhir
bangun
banyak
isyarat
tarikh
senang
-
arasy
Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.
F. Huruf Kapital
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya:
Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:
Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
"Besok pagi," kata Ibu, "dia akan berangkat."
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:
Islam
Quran
Kristen
Alkitab
Hindu
Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.


Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.


Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim

b.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.


Misalnya:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.


Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah

b.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.


Misalnya:
Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.

c.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.


Misalnya:
Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6.
a.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.


Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere


Catatan:


(1)
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).


Misalnya:
J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama

(2)
Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.


Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal

Friday, December 23, 2011

TATA KALIMAT

TATA KALIMAT

A.    Pengertian Kalimat
Kalimat menurut M. Ramlan (1981:12) adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun naik. Menurut Finoza kalimat adalah bagian ujaran  yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna.
    Unsur pembentuk kalimat
1.    Pikiran yang lengkap yang terkandung di dalamnya;
2.    Susunan kata yang menjadi bentuk ekspresi;
3.    Senyapan yang mendahului kalimat dan perhentian yang mengakhiri  kaimat serta jeda;
4.    Intonasi yang menyatakan kelengkapan kalimat.
B.    Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lazim disebut jabatan kata atau peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K).
Contoh:
(S)         Pembawa acara yang kocak itu//membeli//bunga.
                         S                                       P          O
(P)        Indra//(adalah) pembawa acara yang kocak.
              S            P
(O)     Madona//menelpon// pembawa acara yang kocak.
             S             P             O
(Pel)     Pesulap itu//menjadi // pembawa acara yang kocak.
                S              P             Pel
(Ket)     Si Fulan//pergi//dengan pembawa acara yang kocak.
                 S          P             Ket
a. Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana (subjek). Predikat juga menyatakan sifat, situasi, status, cirri atau jati diri subjek. Sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi juga numerelia, nomina, atau farsa nominal.
Contoh:
1)    Kuda meringik.
2)    Ibu sedang tidur siang.
3)    Putrinya cantik jelita
4)    Kota Jakarta dalam  keadaan aman
5)    Kucingku belang tiga.
6)    Robby mahasiswa baru.
7)    Rumah Pak Hartawan lima.
 Bandingkan dengan contoh berikut, adakah predikatnya?
1)    *Adik saya yang gendut lagi lucu itu …
2)    *Kantor kami yang terletak di Jalan Gatot Subroto …
3)    *Bandung yang terkenal sebagai kota kembang …
b. Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/farsa benda, klausa, atau frasa verbal.
    Contoh:
1)    Ayahku sedang melukis.
2)    Meja direktur besar.
3)    Yang berbaju batik dosen saya.
4)    Berjalan kaki menyehatkan badan.
5)    Membangun jalan layang sangat mahal
Bandingkan dengan contoh berikut.
1)    *Bagi siswa sekolah di larang masuk.
2)    *Di sini melayani resep obat generik.
3)    *Melamun sepanjang malam.


c. Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O.
Contoh:
1)    Nurul menimang ….
2)    Arsitek merancang ….
3)    Juru masak menggoreng ….
    Jika p diisi verba intransitive, O tidak diperlukan. Contoh:
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
d. Pelengkap
Pelengkap (Pel.) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina frasa nominal, atau klausa. Namun antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh:
    Ketua MPR// membacakan// pancasila.
          S                      P                   O
    Banyak parpol//berlandaskan // pancasila.
          S                        P                     Pel.
Contoh lain kalimat yang menagndung unsur pelengkap.
    Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
    Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
    Annisa mengirimi kakeknya kopiah beludru.
e. Keterangan
Keterangan (Ket.) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur ket. dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir.

Contoh:
    ekretaris itu mengambilkan atasannya air minum dari kulkas.
    Rustam sekarang sedang belajar.
    Lia memotong roti dengan pisau.
    Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya.
    Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.
C.    Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulis secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula.  Enam syarat kalimat efektif, yaitu (1) kesatuan. (2) kepaduan. (3) keparalelan. (4) ketepatan. (5) kehematan. (6) kelogisan.
1)    Kesatuan
Yang dimaksud dengan kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Contoh kalimat tidak jelas kesatuan gagasannya:
a.    Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit (terdapat subjek ganda dalam kalimat tunggal).
b.     Pihak yayasan dibantu oleh bank yang membantu kredit untuk membangun sekolah baru.
2)    Kepaduan
Kepaduan maksudnya adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsure-unsur pembentuk kalimat.
a.    Kepada  setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.  (subjeknya tidak jelas).
b.    Setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin mengemudi.
3)    Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah terdapatnya unsure-unsur yang sama drajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang dipakai di dalam kalimat.
Contoh:
a.    Dalam rapat itu diputuskan tiga hal pokok, yaitu peningkatan mutu produk, memperbanyak waktu penyiaran iklan, dan pemasaran yang lebih gencar.
b.    Dalam rapat itu diputuskan tiga halpokok, yaitu meningkatkan mutu produk, meninggikan frekuensi waktu penyiaran iklan, dan menggencarkan pemasaran.
4)    Ketepatan
Ketepatan maksudnya adalah kesesuaian/kecocokan pemakaian unsure-unsur yang membangun suatu kalimat sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.
Contoh:
a.    Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah dalam pemakaian sehingga)
b.    Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai petang.
5)    Kehematan
Kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Contoh:
a.    Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai petang.
b.    Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian
6)    Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal. Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang sistematis.
contoh:
a.    Kepada Bapak rector, waktu dan tempat kami persilakan.
b.    Dengan mengucapkan syukur kepada tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya.

D.    Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.
A.    Penyimpangan/kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.    Pleonasme
    Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya     tidak diperlukan. Pleonasme ada tiga macam
a.    Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata
        terjadi sejak April            (benar)
        terjadi mulai April            (benar)
        mulai terjadi sejak April        (pleonasme)
b.    Bentuk jamak dinyatakan dua kali
        kasus-kasus                (benar)
        kumpulan kasus                 (benar)
        kumpulan kasus-kasus             (pleonasme)
        tarik-menarik                (benar)
        saling menarik                (benar)
        saling tarik-menarik             (pleonasme)
c.    Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak                  
diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas
        Contoh:
        Teknologi telekomunikasi semakin maju ke depan.
2.    Kontaminasi
        Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata.  Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk.  Kata yang salah disusun menimbulkan frasa yang kacau atau kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih.
Contoh kontaminasi imbuhan:
    (meng+kesamping+kan)→mengesampingkan     (benar)
    (men+samping+kan)      →menyampingkan     (benar)
                         ↓
                mengenyampingkan
                    (kontaminasi)
Contoh kontaminasi frasa:
    Kadang-kadang     (benar)
    Ada kala(nya) (benar)
    Kadang kala         (kontaminasi)
    Berulang-ulang    (benar)
    Berkali-kali        (benar)
    Berulang kali    (kontaminasi)
Contoh kontaminasi kalimat:
    Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)
    Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar)
    Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
Penyisipan kata di antara dua kata dari sebuah frasa terikat
    Contoh:
Pustaka itu peneliti akan rujuk. (tidak baku)
Pustaka itu akan peneliti rujuk. (baku)





B.    Kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian/penghilangan kata tugas
    Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga macam:
a.    Ketidaktepatan kata tugas yang digunakan
        Contoh:
        Hipotesis daripada penelitian ini terbukti. (tidak tepat)
Hipotesis penelitian ini terbukti.(baku)
b.    Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan
        Contoh:
        Dalam penyusunan makalah ini dibantu oleh berbagai     pihak. (tidak baku)
        Penyusunan makalah ini dibantu oleh berbagai         pihak. (baku)
c.    Penghilangan kata tugas yang diperlukan
        Contoh:
        Data dikumpulkan sesuai kriteria yang sudah ditentukan. (tidak baku)
        Data dikumpulkan sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. (baku)